QOOMAL — Film dokumenter merupakan salah satu film yang berfungsi selain sebagai hiburan, dokumenter juga penuh dengan pengetahuan akan hal-hal nyata yang terjadi pada lingkup sosial dan sangat bermanfaat demi menambah pengetahuan.
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan, dalam film ini tidak ada kejadian yang fiktif, semua yang tertangkap kamera merupakan hasil dari dokumentasi kenyataan dan fakta. tidak ada adegan yang palsu, demi mendramatisir keadaan, Genre ini merupakan genre yang unik sekaligus menjadi menarik untuk ditonton.
Film ini film yang pembuatannya tak sembarangan. Perlu riset dengan para narasumber serta mendahulukan kejujuran dalam produksinya, membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembuatan sebuah dokumenter.
10 Film Dokumenter Terbaik
Film dokumenter terbaik mampu menampilkan fakta dan bermacam perspektif yang berbeda dari yang biasa terlihat, ini membuat penontonnya sadar akan kenyataan sekaligus bahan diskusi untuk memecahkan masalah. Banyak film dokumenter yang menuai pro dan kontra, terlebih karena berkaitan dengan isu politik dan sosial.
Cosmos: A Spacetime Odyssey (2014)
Cosmos: A Spacetime Odssey merupakan serial TV dokumenter asal Amerika yang yang tayang pada 9 Maret 2014 -8 Juni 2914. Film ini memberikan pengetahuan seputar luar angkasa dan alam semesta dengan cara yang sangat menarik.
seluruh dunia pada stasiun lokal National Geographic dan FoxSerial sudah menyiarkan ulang.
The Cove (2009)
Film adalah film yang mendapat anugerah Academy Award untuk film dokumenter terbaik di tahun 2010. Louie Psihoyos, sebagai sutradara film ini, mengisahkan tentang pelatih lumba-lumba sirkus yang beralih profesi menjadi seorang aktivis. Dalam film ini, kamu akan mengetahui betapa kejamnya dunia pelatihan dan pembantaian lumba-lumba di balik layar.
Dalam film ini berisi ajakan bertindak untuk menghentikan pembunuhan dan penangkapan lumba-lumba massal, mengubah praktik penangkapan ikan di negara Jepang, dan mendidik masyarakat tentang penangkaran dan meningkatnya bahaya keracunan merkuri dari mengonsumsinya.
Oceans (2009)
Film ini adalah film dokumenter terbaik asal Perancis dan Jacques Perrin yang memproduksinya . Bagi kamu yang pecinta laut tentu kamu akan menyukainya, karena dokumenter Oceans bercerita tentang kehidupan laut yang memanjakan mata dengan pemandangan laut.
Biasanya banyak film dokumenter memiliki biaya produksi dengan tidak terlalu mahal, namun film ini mencapai US$80 juta dalam pembuatannya. Film ini mengambil 50 tempat berbeda sehingga membutuhkan 4 tahun masa syuting.
I Am Not Your Negro (2016)
Film ini merupakan film kritik sosial yang membahas sejarah rasisme di Amerika. Film ini garapan sutradara Raoul Peck, berdasarkan manuskrip James Baldwin yang belum terselesaikan, Remember This House.
Film ini dinarasikan oleh aktor Samuel L. Jacksin, dan film ini mengeksplorasikan sejarah rasisme di Amerika melalui ingatan Baldwin tentang pempin hak-hak sipil Malcolm X, Medgar Evers, dan Martin Luther King Jr. Film ini berhasil disuguhkan dengan baik dan cerita yang bermutu tinggi serta film ini pun masuk dalam nominasi Oscar tahun 2016.
Fahrenheit 9/11 (2018)
Film ini merupakan film dokumenter terbaik sepanjang masa dan merupakan film yang diadaptasi dari buku karangan Ray Bradbury berjudul Fahrenheit 451 dan terpublikasikan pada tahun 1953. Film ini bercerita tentang kondisi Amerika Serikat yang sedang dalam dunia distopia pasca insiden terorisme 11 September 2001 serta mengacu pada pemilihan presiden AS tahun 2016.
Seorang pengamat politik Michael Moore dan bergenre kontroversial dan semi konspirasi lah yang menulis dan juga menyutradarai Fahrenheit 9/11.
I Am Ali (2014)
Film ini adalah garapan sutradara Clare Lewins, mengisahkan kehidupan sang legenda tinju yakni Muhammad Ali.Film ini bercerita tentang rekaman audio yang Ali buat selama tahun 1970-an. Selain itu, wawancara dengan anggota keluarga, teman, dan orang-orang yang terkait dengan tinju profesional.
Dalam film ini juga menampilkan petinju-petinju legendaris yang memiliki hubungan dengan Ali seperti George Foreman, Jim Brown, dan Mike Tyson.
Jagal (The Act of Killing) (2012)
Berasal dari Indonesia, film ini karya Joshua Oppenheimer dan berdurasi selama 122 menit. Mengisahkan sejarah Indonesia yang terjadi di tahun 1965-1966. Jagal sempat viral dan kontroversial di Indonesia karena menyoroti kisah para algojo pada masa itu. Para algojo yang bertugas menghukum para simpastisan PKI di film ini.
Dokumenter ini memperlihatkan bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi pada tahun 1965-1966, memproyeksikan dirinya pada sejarah untuk menjustifikasikan kekejamannya sebagai perbuatan yang heroik.
The Look of Silence / Senyap (2014)
Film ini merupakan sekuel dari film jagal yang rilis pada tahun 2014. Film dokumenter ini menjadi film Indonesia pertama yang masuk ke dalam nominasi Oscar di kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Film ini karya sutradara Joshua Oppenheimer dan memiliki teman sentral pembantaian massal tahun 1965-1966. Film ini pertama tayang di Indonesia pada 10 Desember 2014 secara serentak di berbagai kota, sebagai bagian dari peringatan hari HAM sedunia.
Searching For Sugar Man (2012)
Dokumenteri ini mengisahkan seorang musisi yang tidak terkenal di Amerika Serikat namun sangat terkenal di Afrika Selatan. Sixto Rodriguez adalah namanya, ia begitu di puja bahkan konon Sixto Rodriguex lebih tenar kita badingkan Elvis maupun Bob Dylan di Afrika Selatan.
Ia telah menurunkan dua album sepanjang kariernya namun keduanya gagal di pasaran, tetapi begitu terkenal di Afrika Selatan. Bagi masyarakat Afrika Selatan lagi-lagu milik Rodriguez sangat memberikan inspirasi yang luar biasa baik pada musisi atau kepada para pejuang anti-apatheid. Cerita ini berpusat tentang usaha Steven ‘Sugar’ Segerman dan Craig Bartholomew Strydom, dou fans Rodriguez dari Cape Town mencari sang idola di akhir tahun 90-an.
Alur cerita mengesankan itu menghantarkan film ini memenangkan banyak penghargaan salah satunya adalah BAFTA Award For Best Documentary di 66 British Academy Film Awards.
Miss Americana (2020)
Film dokumenter ini menceritakan tentang musisi bernama Taylor Swift. Dokumenter ini menunjukan sisi kehidupan di balik layar serta titik terendah kehidupan Taylor Swift. Dan film ini, Taylor sendiri yang menyuutradarai sekaligus menyusun, kemudian di bantu oleh Lana Wilson.
Taylor menunjukan kegiatan apa saja yang ia lakukan selama hiatus 3 tahun, dalam pertikaian Taylor, Kanye West, dan Kim Kadarshian pun juga menjadi pembahasan.